Baju, model baju, serta style kenakan pakaian jadi ukuran lainnya untuk lihat karakter kehidupan. Baju ikut menggambarkan riwayat, rekanan kekuasaan, ketidaksamaan pandangan sosial politik serta religi, dan mengemukakan terdapatnya persebaran komoditi dagang serta ide-idenya (Margana, 2010: 8-9). Baju dalam arti budaya jadi jati diri personal didasarkan pada kekhasan karakter seorang.
Artikel Terkait : http://intuit.hol.es/wisata/hutan-mangrove-pasir-kadilangu/
Liliweri dalam bukunya (2009) mengemukakan jika jati diri sosial tercipta oleh jati diri budaya. Tingkah laku budaya, nada, gerak-gerik anggota badan, suara nada, langkah berpidato, baju, serta guntingan rambut mengemukakan keunikan seorang yang tidak dipunyai oleh orang yang lain (Liliweri, 2009: 97).
Artikel Terkait : http://alifbatasa.hol.es/wisata/pantai-kuwaru/
Dengan begitu mampu disebutkan jika baju mampu jadi jati diri sosial serta budaya dari lokasi spesifik yang berlainan keduanya dengan lokasi yang lain. Baju atau dalam bahasa jawa dimaksud dengan “pengageman” yang melekat di badan yakni lambang jati diri budaya yang dalam sekali maknanya, selain lambang lainnya yaitu bahasa, tempat tinggal, masakan atau seni musik dalam kelengkapan upacara kebiasaan.
Artikel Terkait : http://prediksibola.hol.es/wisata/masjid-besar-pakualaman-kota-yogyakarta/
Tiada diakui, baju yang banyak dipakai sekarang ini sudah terbaratkan serta menghindari orang Jawa dari jati diri mereka. Oleh faktanya yakni itu butuh buat penduduk untuk kenal riwayat ataupun arti filosofis baju tradisionil. Dalam perihal ini akan di jabarkan beberapa informasi tentang “pengageman takwa” atau surjan.